laa Tahzan

"Bergembiralah & berbahagialah ! Jalani hidup ini apa adanya dengan penuh ketulusan dan keriangan "

Tuesday, January 31, 2006

ke Banjarnegara lagi

Jum'at kemarin nengok ke Desa Sijeruk,Banjarnegara lagi. Rencana pengin cepat sampe, tau sendiri Jum'at waktunya pendek. Akhirnya sepakat lewat jalan alternatif, Bandungan. Kita berencana keadaan yang menentukan.Kabut tebal menjadikan jarak pandang jadi 7 meteran, samping jurang dan jalan yang kelak-kelok,ditambah dengan grimis, siapa brani ngebut......ngeri bruur.Padahal jam 10.00 pagi. Karena kondisi badan lagi gak enak ataw ngeri , gw sampe "nembak" 2 kali, udah kayak kambing kurban kemarin....ueeekghk.....ueghh....muntah2. Sampe dikota terpaksa cari Obat en minyak angin, yah udah kayak aki-aki.
Selesai urusan dengan Pendopo posko Bencana, Jum'atan di Masjid Jami' Banjarnegara, sekalian
nengokin tempat tidur kemarin untuk di foto, walaupun kemarin empet-empetan tidurnya , lumayan sedikit membantu ngurangin kedinginan, lah kalo tidur diubin pasti dingin kan..?
Gw lanjut lagi menuju tempat bencana, jalan menuju lokasi naik dan berkelok-kelok lagi. Gara
- gara jalan yg naik turun en kelok-kelok, rasanya mau nembak lagi seh...... kalo gak ada cemilan dah nembak lagi kali....... Berhubung gw bukan fotografer momen yg terjadi gak menimbulkan inspirasi tuk mengabadikan. Karena salah jalan en gw harus mundur, mobilnya terperosok ke tanah lumpur. Akhirnya mobil gak bisa jalan.Dengan bantuan orang kampung, mobil akhirnya ditarik pakai tambang rame-rame, 12 orang yang narik dan dorong. Coba kalo adegan ini didepan Windede yang tidak Kere tetangganya Kang Luigi, pasti udah jadi foto ulasan Blog.
Dilokasi gw sempet ketemu dengan salah satu korban bencana yang sudah Yatim Piatu. Dia sekarang sendirian ikut Pak Leknya, Sutinah namanya. Sekarang kelas 3 SMP.
Untuk sementara mereka tinggal ditenda-tenda penampungan, dengan penerangannya
pakai listrik. Fasilitas dapur dan MCK cukup memadai. Pemerintah daerah ada rencana akan merelokasi mereka disebelah penampungan sementara. Semoga secepatnya pembangunnya bisa segera mungkin selesai.

Ya Allah, tabahkanlah hati mereka.Amin.


Wednesday, January 11, 2006

N g E c E n G


Gara-gara bencana tanah longsor di Banjarnegara, semua losmen maupun hotel penuh semua, akhirnya kami tidur di Masjid Agung Banjarnegara. Tepatnya tempat bekas panggung saritilawah ukuran cukup untuk "selonjor" dipakai 2 orang. Jam 2 malam baru masuk masjid, adzan subuh dah bangun, biar gak jadi tontonan orang.
Waktu mau ngelanjut tidurnya, ada SMS " Mau bubur Ayam gak". Sehabis menyantap bubur ayam, jalan2 di alun2 Banjarnegara.
Mumpung ada helikopter lagi mangkal , gw berfoto-foto dulu. Gaya sih mau mbuka pintunya pesawat, biar keliatan mau naik, tapi gak boleh deket-2. Terpaksa ngambilnya sambil mundur-mundur biar dekat dengan pesawat.Setelah sok kenal dan sok akrab dengan yang jaga hekopter sekalian pinjam standgun untuk action. Oleh-oleh untuk dipamerkan ke Raihan.

Sunday, January 08, 2006

De J a V u

Sore hari baru dapat pemberitauan untuk survey tempat bencana tanah longsor didaerah Banjarnegara, untuk membantu korban bencana. Rencana setelah sholat subuh berangkat dari mess kantor.
Sewaktu bangun tuk sholat lail, ada sms " Berangkat jadi jam 6 pagi ". Kita berangkat berlima termasuk supir.
Sepertinya de javu, dulu awal taun 2005 tanggal 5 januari juga gw berangkat ke Aceh untuk jadi relawan bencana Tsunami. Sekarang berangkat lagi untuk bencana alam di Banjarnegara.
Ada 182 rumah yang terkubur tanah sebanyak 200 ribu M3 yang telah menutup tanah kurang lebih 4 ha.Dengan ketebalan tanah 3 Meter s/d 6 Meter. Ada 7 kecamatan di Banjarnegara yang tanahnya labil, tidak menutup kemungkinaan ada kejadian lagi. Ditambah lagi dengan ketidak ramahan kita dalam mengelola hutan, akan mempercepat proses bencana. Sangat manusiawi jika masyarakat sekitar hutan akan memanfaatkan hutan sebagai penopang hidup mereka, apalagi dengan kondisi perekonomian yang susah seperti sekarang. Apalagi mereka tidak bisa mengakses ekonomi disektor lain , mau tidak mau mereka akan mengandalkan hutan. Tanpa melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam pelestarian alam, akan sulit terwujud. Adalah kewajiban pemerintah bagaimana mereka bisa menfaatkan hutan sebagai penopang ekonomi tanpa merusaknya.

Antusias masyarakat sekitar korban bencana menonton, malahan merepotkan pekerja evakuasi. Para penonton tetap saja mendekat kelokasi, walaupun sudah ada peringantan untuk menjauh. Karena penonton membaur dengan relawan, petugas tidak bisa membedakannya mana relawan, mana penonton.Walaupun mereka telah kehilangan kerabat, harta benda, nampak raut kepasrahan dalam menerima cobaan.
Untuk obat-obatan maupun sembako bagi pengungsi sementara waktu sudah kecukupan. Yang perlu dipikirkan adalah kapan anak-2 mereka bisa sekolah lagi dan rencana pemda setempat membangun rumah untuk mereka. Ada wacana pemda setempat untuk merelokasi.